6 Etika Observasi yang Perlu Anda Ketahui

Kita

 

Observasi merupakan salah satu teknik pengambilan data yang cukup sering dilakukan dalam penelitian sosial. Menurut Pauline Young, observasi adalah studi yang dilakukan secara sengaja dan sistematis melalui proses penglihatan. Hal-hal yang perlu diamati adalah segala jenis bukti perilaku subjek yang relevan dengan tujuan penelitian.

Terdapat banyak hal yang harus Anda pahami sebelum melakukan observasi agar temuan yang dicari tidak terlewat. Observasi akan semakin mudah dilakukan jika diantara observer dan subjek yang diteliti tercipta kenyamanan tanpa terpisah jarak yang terlampaui jauh. Untuk menciptakan kenyamanan tersebut, terdapat sejumlah etika dalam melakukan observasi guna mengatur mengenai bagaimana seorang observer harus bersikap di depan subjeknya. Etika ini dibentuk agar observer tidak melanggar hak-hak ataupun jarak privasi dari subjek yang diteliti. Etika observasi terdiri dari enam poin, yaitu:

 

  1. Meminta izin untuk mengambil data

 

Sebagai seorang peneliti atau observer, Anda harus menghormati pendapat subjek. Kenyamanan subjek ketika dimanfaatkan datanya harus menjadi prioritas Anda. Untuk itu, mengambil data tanpa sepengetahuan subjek merupakan hal yang tidak dibenarkan dan dapat dikategorikan ke dalam pencurian data.

Namun, poin ini dilakukan jika situasinya memungkinkan. Meminta izin langsung kepada subjek yang diteliti dapat menyebabkan subjek menjadi terlampaui sadar bahwa dirinya sedang diteliti sehingga berpotensi untuk menunjukkan sikap yang tidak wajar atau berbeda dari biasanya. Subjek bisa menjadi bersikap sangat baik atau malah sangat buruk tergantung bagaimana subjek tersebut ingin digambarkan.

Solusinya, Anda bisa meminta izin kepada stakeholder atau orang yang memiliki kuasa atas subjek tersebut. Misalnya, kepala desa jika Anda ingin mengobservasi masyarakat di suatu desa atau kepala sekolah jika Anda ingin menjadikan siswa sekolah sebagai subjek Anda.

Baca Juga :  5 Sekolah Mewah di Jakarta

 

  1. Melindungi identitas subjek dan hanya menggunakannya untuk kepentingan penelitian

Identitas subjek menjadi tanggung jawab peneliti, apalagi jika topik penelitian yang diangkat bersifat sensitif seperti preferensi seksual seseorang. Mayoritas subjek akan menunjukkan perilaku palsu atau bahkan menolak menjadi subjek jika tahu bahwa namanya akan dipublikasikan dalam hasil penelitian. Selain itu, penyebutan identitas subjek juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan hidup subjek untuk ke depannya, misalnya menimbulkan perasaan malu. Oleh karena itu, Anda bisa menggunakan nama samaran atau inisial sebagai pengganti sebutan identitas asli subjek.

 

  1. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada subjek

Di awal penelitan, Anda bisa menjelaskan tujuan penelitian kepada subjek sehingga subjek paham mengenai hal-hal apa saja yang peneliti butuhkan dari dirinya. Hal ini dapat mempersempit lingkungan pengamatan peneliti kepada subjek, karena subjek cenderung akan lebih menonjolkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian saja. Hal ini tentu bisa menghemat waktu dan tenaga observer. Namun, poin ini dilakukan jika kondisi memungkinkan dan tidak berpengaruh buruk pada penelitian.

 

  1. Hindari menyinggung perasaan subjek

Jika subjek tersinggung, maka akan berdampak pada pemutusan kerja sama yang terjalin antara subjek dengan observer. Subjek bisa saja menolak untuk memberikan data di tengah-tengah penelitian berlangsung. Hal ini tentu akan sangat merugikan observer. Pastinya Anda tidak ingin hal ini terjadi, bukan?

Untuk itu, sebagai seorang observer, sesekali Anda perlu melakukan percakapan ringan dengan subjek di luar kepentingan penelitian untuk membangun rasa saling percaya di antara kedua belah pihak. Namun, Anda harus tetap jeli dan teliti jika di dalam percakapan ringan tersebut subjek menunjukkan bukti-bukti yang relevan dengan tujuan penelitian. Anda harus selalu sigap untuk mencatat bukti-bukti tersebut dalam pikiran.

Baca Juga :  Mengal Riset Terapan (Applied Research)

 

  1. Objektif

Observer tidak boleh mencampurkan preferensi pribadinya ketika melakukan observasi. Contohnya, ketika observer kurang suka atau membenci suatu kelompok tertentu namun diharuskan untuk mengobservasi mereka, maka observer tidak boleh memilih sisi mana yang akan didalami dan sisi mana yang dihindarinya. Observer harus mengobservasi keseluruhan subjeknya secara objektif.

 

  1. Tidak boleh membayar subjek

 

Membayar subjek berarti membiarkan subjek sepenuhnya sadar bahwa mereka sedang dijadikan objek penelitian. Dalam konteks penelitian sosial yang berfokus pada perilaku subjek, hal ini dapat menimbulkan kecenderungan sikap pada subjek seperti subjek terlampaui bersikap baik (faking good) atau terlampaui bersikap buruk (faking bad).

 

Melakukan observasi dengan mematuhi berbagai etika di atas akan membuat observasi Anda menjadi semakin mudah. Kenyamanan antara observer dan subjek dapat sangat menunjang keberhasilan observasi. Apalagi jika observer diharuskan menetap dalam jangka waktu yang tidak sebentar untuk mendapatkan banyak temuan observasi yang mendukung penelitian. Selamat mencoba!

Artikel Terkait

Bagikan:

Tags