Dalam melakukan sebuah riset, tentunya diperlukan sampel yang diambil sebagai bahan percobaan ataupun pertanyaan untuk dikalkulasikan sebagai dasar analisis mengenai sebuah objek. Pengertian sampel menurut Arikunto dalam buku ‘Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek’ adalah sebuah bagian dari populasi yang menjadi perwakilan dari karakteristik maupun sifat populasi tersebut. Misalnya, untuk mengetahui sifat golongan darah pada seseorang, dibutuhkan sampel yang menjadi bagian dari populasi seluruh darah dalam diri orang tersebut sebanyak 2ml.
Metode melakukan pengambilan sampel atau yang dikenal dengan sebutan sampling terdiri dari dua kelompok, yaitu probability sampling dan non-probability sampling. Berikut adalah penjelasannya.
Probability Sampling
Menurut Sugiyono dalam buku “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D” mengatakan bahwa probability sampling dilakukan jika kita mengadakan riset maupun penelitian terhadap sesuatu yang telah diketahui jumlah populasi totalnya. Sehingga, pengambilan sampel harus dilakukan dengan ukuran yang telah ditentukan sesuai jumlah populasi secara keseluruhan. Metode probability sampling ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
- Simple Random Sampling
Cara pengambilan sampling ini dapat dikatakan simpel karena dilakukan secara acak tanpa memperhatikan tingkatan pada populasi tersebut. Namun, pengambilan sampling ini dapat dilakukan jika anggota populasi yang tengah diteliti bersifat sejenis. Misalnya penelitian terhadap populasi mahasiswa S1 di suatu Universitas dapat dilakukan dengan cara ini, karena semua anggotanya sama-sama merupakan mahasiswa S1.
- Proportionate Stratified Random Sampling
Jika anggota populasi tidak memiliki sifat yang homogen dan memiliki tingkatan yang proporsional, cara pengambilan sampling ini cocok untuk digunakan untuk pencarian data tersebut. Contohnya adalah pengambilan sampel pada populasi 100 orang yang terdiri dari 30 orang lulusan S1, 30 orang Lulusan D3, 25 orang lulusan SMA, dan 15 orang lulusan SMP. Karakteristik-karakteristik pada populasi tersebut memiliki tingkatan dan masing-masing memiliki angka yang proporsional.
- Disproportionate Stratified Random Sampling
Cara pengambilan sampel ini hampir sama dengan proportionate stratified random sampling yang dilakukan pada populasi yang memiliki tingkatan pada tiap anggotanya. Perbedaannya adalah pada cara pengambilan sampling ini terdapat tingkatan pada populasi dengan jumlah anggota yang tidak proporsional. Misalnya, sampling yang dilakukan pada 500 orang terdiri dari 300 anggota lulusan S1, 170 anggota lulusan D3, 20 anggota lulusan SMA dan 10 anggota lulusan SMP. Dikarenakan jumlah anggota lulusan SMA dan SMP tidak proporsional dengan jumlah populasi, maka keduanya digabungkan sebagai satu tingkatan sampel.
- Area Sampling
Cara pengambilan sampling ini juga dikenal dengan cluster random sampling. Cara pengambilan sampel dilakukan seperti simple random sampling, namun dilakukan pada sebuah kelompok-kelompok individu dalam tiap-tiap daerah yang berbeda. Misalnya, pengambilan sampel dilakukan di beberapa wilayah sub-urban, yaitu Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
Non-probability Sampling
Menurut Sugiyono, non-probability sampling tidak memberikan peluang yang sama bagi anggota populasi untuk dijadikan sebuah sampel. Artinya, individu dalam populasi tersebut belum tentu menjadi sebuah sampel yang akan kita ambil. Adapun jenis-jenisnya adalah sebagai berikut:
- Sampling Sistematis
Sampling sistematis dilakukan terhadap anggota populasi yang telah ditandai, namun beberapa anggota tidak digunakan sebagai sampel karena percobaan tersebut hanya dilakukan pada anggota yang memiliki karakteristik tertentu. Misalnya, 100 anggota populasi ditandai dengan angka 1-100 secara acak, namun peneliti menentukan bahwa anggota yang menjadi sampel percobaan hanya yang mendapatkan angka ganjil saja. Hal ini dilakukan untuk mengambil sampel dengan karakteristik yang lebih rinci dalam sebuah populasi.
- Quota Sampling
Quota Sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan pada suatu populasi tertentu, namun pengambilan sampel akan dihentikan jika telah mencapai angka tertentu sesuai kebutuhan. Contohnya, dari 50 anggota sampel, dibutuhkan sebanyak 20 sampel yang setuju diadakan pembangunan masjid. Pada pengambilan sampel terhadap anggota ke-40, jumlah sampel yang dibutuhkan telah mencapai angka 20. Artinya, sisa 10 anggota dari populasi 50 anggota tersebut sudah tidak perlu termasuk ke dalam sampel.
- Snowball Sampling
Semakin lama sebuah bola salju bergulir, maka ukurannya akan semakin besar. Hal inilah yang diterapkan pada cara pengambilan snowball sampling. Awalnya, penelitian terhadap sampel ditujukan kepada satu orang. Kemudian, sampel tersebut diminta untuk menanyakan hal yang serupa kepada beberapa orang temannya, dan begitu seterusnya. Misalnya, seorang peneliti menanyakan tentang ketertarikan seseorang terhadap sebuah tayangan film. Kemudian, orang yang telah dijadikan sampel oleh peneliti tersebut harus menanyakan hal serupa kepada dua orang temannya, begitu seterusnya hingga data semakin banyak diperoleh.
- Purposive Sampling
Purposive Sampling dilakukan dengan pertimbangan tertentu mengenai karakteristik, sifat, ciri-ciri dari anggota pada sebuah populasi. Jadi, kegiatan ini dilakukan dengan menyesuaikan anggota yang cocok dengan kriteria pengambilan sampel. Misalnya, dalam sebuah populasi 100 karyawan, pengambilan sampling hanya dilakukan pada 40 orang karyawan, yaitu karyawan-karyawan yang tidak pernah datang telat dalam sebulan.
Metode pengambilan sampel yang kita gunakan sangat menentukan hasil akhir dari sebuah penelitian. Selain itu, metode pengambilan sampel yang tepat juga mempermudah kita dalam melakukan perolehan data tertentu. Sehingga, ada baiknya kita menguasai berbagai metode pengambilan sampel yang telah dijelaskan di atas.